Curhat Murid ke Nadiem Selama Belajar di Rumah: Berutang Beli Paket Internet
Selasa, 26 Mei 2020
Edit
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah mengumumkan pemenang lomba menulis surat yang ditujukan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim.
Dalam suratnya, para guru dan murid mengungkapkan kesaksian mereka selama belajar dari rumah.
Nadiem pun membacakan dua surat dari guru, yaitu Guru SMP Islam Baitul Indah Kabupaten Nganjuk, Santi Kusuma Dewi dan Guru SDK Kaenbaun Kabupaten Timor Tengah Utara Maria Yosephina Moruk.
Kemudian Nadiem lanjut membacakan surat dari tiga murid, yaitu Rivaldi R Yampata murid SD kelas 4 Tanjung Redeb Kabupaten Berau, Atrice G.N murid SD YPPK Gembala Baik Abepura, Jayapura, Papua, dan Alfiatus Sholehah murid SDN Pademawu Barat 1, Pamekasan, Jawa Timur.
Dia melakukan dialog secara virtual bersama para pemenang lomba tersebut.
Guru bernama Maria merupakan guru honorer di daerah pedalaman Timor Tengah Utara, ia mengungkapkan daerahnya masih kesulitan mendapat sinyal sehingga tidak bisa menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara online.
Maria kemudian mengambil inisiatif mengunjungi rumah anak didiknya.
“Saya ini ngajar di pedalaman, di daerah itu memang jaringannya susah mas. Ada tugas-tugas yang online itu, anak-anak tuh selalu cari ke tempat-tempat ketinggian naik ke gunung cari jaringan gitu. Susah sekali. Terakhir saya akhirnya cari keputusan gimana saya bisa kunjungi anak di rumah. Jadi kalau saya ke sana sampai di sana anak-anak sudah sama dengan orangtua ke kebun. Tapi saya berusaha buatkan jadwal bagaimana supaya bisa bertemu anak-anak itu. Jadi saya siapkan waktu. Misalnya dalam hari pertama itu saya siapkan 5 anak saya kunjungi,” kata Maria ke Nadiem seperti disiarkan di YouTube Kemendikbud RI, Selasa (26/5/2020).
Maria juga mengatakan di daerahnya banyak anak-anak yang tidak memiliki akses smartphone karena kendala ekonomi.
Tak hanya itu, ia juga menceritakan perjuangannya harus melewati hujan dan banjir saat harus mengunjungi rumah murid-muridnya.
Dia pun meminta Nadiem agar dapat lebih memperhatikan sekolah tempatnya mengajar.
“Hanya karena masalahnya itu mereka tidak ada HP Android jadi susah kalau kita mau komunikasi lewat HP itu tidak bisa karena memang orang tua tidak mampu. Saya cukup merasa senang juga karena bisa bertemu mereka. Tapi di satu sisi juga kadang kalau hujan juga saya kesulitan di jalan. Kadang banjir juga tertahan karena harus menyebrang sungai juga untuk ketemu anak-anak. Saya tetap semangat kasih pembelajaran buat mereka,” tutur Maria.
Nadiem kemudian mengatakan pandemi COVID-19 semakin memperlihatkan adanya kesenjangan sosial ekonomi dan digital di Indonesia.
Menurutnya, hal ini harus diselesaikan dengan kolaborasi antara semua pihak baik pemerintah, swasta, dan masyarakat.
“Memang adanya krisis COVID-19 ini kesenjangan antara daerah dan kota-kota dan kesenjangan sosio ekonomi malah lebih terpisah lagi, kesenjangan itu menjadi besar dengan adanya digital gap seperti ini dan itu merupakan satu hal yang tidak hanya Kemendikbud tapi seluruh pemerintah dan masyarakat dan pihak swasta pun harus mampu menutup kesenjangan ini dengan cara proaktif,” ujar Nadiem.
“Kita harus bahu membahu untuk menyadari bahwa tidak semua daerah sama. Begitu banyak keberagaman dan kearifan lokal begitu banyak perbedaan budaya dan perbedaan sosio ekonomi. Tidak ada bisa satu sistem yang sama. Kita harus mencintai keberagaman dalam pencapaian standar dan kurikulum,” sambugnya
Sementara itu, murid pemenang lomba bernama Alfiatus juga mengatakan dirinya sempat kesulitan melakukan PJJ akibat tidak memiliki smartphone.
Dia pun mengatakan mendapatkan pinjaman dari kakak sepupunya.
Selain itu, ibunda Alfiatus pun harus mengutang demi membeli paket internet guna melaksanakan PJJ secara online.
“Saya sangat terhambat belajarnya karena harus cari HP android dan ibu saya harus cari hutangan untuk beli paket internetnya,” kata Alfiatus.
Menanggapi hal itu, Nadiem pun menjelaskan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sudah dapat digunakan untuk membeli kuota internet bagi guru dan murid.
Dia meminta Alfiatus agar mengingatkan guru-guru dan kepala sekolahnya terkait hal itu.
“Tolong ingetin gurunya sama kepala sekolahnya, sekarang dana bos sudah bisa dipakai untuk kuota internet buat murid sama guru ya,” kata Nadiem.
Diberitakan sebelumnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengadakan menyelenggarakan lomba menulis surat yang ditujukan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim.
Yuk, ikutan berbagi cerita inspiratif selama bulan Ramadhan di masa pandemi COVID-19.
“Kegiatan ini bukan sekedar lomba, tapi juga sebagai wujud penerapan penguatan pendidikan karakter terutama bagi para guru, dan siswa selama masa pandemi Covid-19,” jelas Kepala Pusat Penguatan Pendidikan Karakter (Kepala Puspeka) Kemendikbud, Hendarman dalam keterangan tertulis, Rabu (13/5).
Sumber: detik.com