Miskin Karena Corona, Janda 1 Anak Tidur di Masjid, Tak Mampu Bayar Kost

Ibu dan anak di Gresik terpaksa numpang di sebuah masjid di masjid karena jatuh miskin karena wabah corona. Mereka tidak mampu bayar rumah kontrakan.
Keluarga itu adalah Husnul Khotimah (57) dan anaknya Husna Faiqoh (14). Mereka ‘terusir’ dari kostnya di Desa Sekapuk, Kecamatan Ujungpangkah.
Kondisi semakin memprihatinkan karena putri Khotimah ini ternyata habis pulang dari rumah sakit.
Ia menderita penyakit polip abdomen atau pembengkaan di usus. Bahkan dia mengaku sempat kesulitan membayar biaya rumah sakit.
Sampai akhirnya sebuah lembaga sosial di Gresik membantunya melunasi biaya rumah sakit.
“Anak saya ini sudah lama sakitnya, sering keluar masuk rumah sakit akibat pembengkakan usus. Tadi saya sudah cari pinjaman untuk melunasi biaya, tapi tak dapat. Jadi minta bantuan kepada lembaga sosial,” kata Khotimah, saat ditemui di teras Masjid Petrokimia, Kecamatan Kebomas, Minggu (10/4/2020).
Biaya rumah sakit memang tidak besar, hanya Rp 101 ribu. Namun bagi Khotimah yang kehilangan pekerjaanya, nilai itu sangat membebani dirinya.
Ditambah sang anak yang tidak mau dioperasi, membuat penyakitnya sering kambuh.
“Tidak punya BPJS, tidak pernah mendapatkan bantuan. Saya tidak tahu harus mengadu ke siapa,” ungkap janda yang ditinggal mati suaminya sejak 2015 lalu.
Belum lagi tunggakan karena tidak mampu membayar kos selama 4 bulan juga ikut menghantui Khotimah. Dalam satu bulan ia harus membayar sebesar Rp 600 ribu.
Jika ditotal ia menunggak uang rumah indekos sebesar Rp 2 juta 400. Alasan itu lah yang membuat dirinya enggan kemabli ke rumah indekos dan memilih tidur dan Masjid.
“Kalau tidur di Masjid setidaknya ada tempat untuk tidur, tidak menjadi gelandangan di luar sana. Apalagi anak saya kondisinya sedang sakit jadi perlu istirahat,” katanya.
Diceritakan Khotimah, pekerjaan utamanya adalah berjualan pakaian dengan keliling kampung. Ia juga membebaskan bagi pembelinya untuk hutang kepadanya. Bayarnya bisa dicicil setiap harinya.
Itupun dagangan Khotimah tidak mesti laku setiap hari. Sekali laku, uangnya belum bisa kembali karena masih dihutang.
“Jadi untuk memutarkan uang tidak bisa. Karena mereka kebanyakan juga membeli dengan cara mencicil. Itu pun saya muter keliling kampung kadang laku 3 pakaian kadang tidak laku sama sekali,” ceritanya.
Nah, suasana pandemi ini membuat penderitaanya bertambah. Ia yang sebelumnya berjualan dengan metode keliling kampung, kini tidak bisa lagi. Pemerintah membatasi agar selama penyebaran virus corona mengurangi tatap muka.
“Iya gimana lagi, sejak virus corona mencuat saya berhenti berdagang,” jelasnya.
Sementara itu Kepala Desa Sekapuk, Kecamatan Ujungpangkah Abdul Halim membenarkan jika Khotimah ini memang menyewa rumah indekos di wilayahnya. Ia juga membenarkan jika yang bersangkutan belum bisa membayar kos.
“Setelah kami kroscek memang benar beliau mempunyai kos di daerah Desa Sekapuk. Kami siap bantu kalau beliau mau kembali ke rumah indekosnya,” pungkasnya.
Sumber: suara.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel