Derita Gadis 16 Tahun, Melahirkan di Kebun, Ketahuan 2 Hari Kemudian, Dipukul dan Ditolak Keluarga
Kamis, 28 Mei 2020
Edit
Derita yang dialami TM (16) seolah bertubi-tubi. Perempuan muda yang beralamat di Dusun Tegalsari, Desa Sidomukti, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang ini mengalami kekerasan secara berulang.
Seperti yang diceritakan Romlah, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Semarang, TM terpaksa melahirkan di kebun belakang Hotel Dua Putra Dusun Nganglik, Desa Pakopen, Kecamatan Bandungan pada Jumat (22/5/2020).
“Namun setelah melahirkan, dia tetap berada di kebun tersebut selama dua hari, sebelum ditemukan warga pada Minggu (24/5/2020). Setelah itu, baru dibawa ke bidan,” jelasnya saat ditemui, Kamis (28/5/2020).
Namun, karena kondisi TM sangat lemah, dia dirujuk untuk dirawat di RSU Ambarawa.
Sementara anak perempuan yang dilahirkannya, tetap dirawat di seorang bidan di daerah Bandungan.
“Bayi tersebut saat ini kondisinya membaik, beratnya sudah normal juga, 2,4 kilogram,” kata Romlah.
Dalam kondisi tersebut, TM sempat dipukul adiknya, MS yang berusia 13 tahun.
“Jadi si adik ini merasa malu karena kakaknya hamil dan melahirkan, dalam kondisi yang tidak semestinya. Namun MS ini mengaku marah karena spontan. Setelah diberi pengertian, MS bisa memahami dan menyesal telah berantem dengan kakaknya. Keluarga juga menolak keberadaan TM,” kata Romlah.
Dikatakan, keluarga juga belum bisa menerima keadaan TM karena kondisi perekonomian yang tidak memungkinkan.
“TM ini pergi dari rumah sejak usia 14 tahun, jadi dia pergi selama dua tahun. Dia itu rencana pulang, tapi belum sampai rumah sudah melahirkan. Meski broken home, tapi keluarga ini sebenarnya baik, adiknya itu sempat mengenyam pendidikan di pondok, tapi karena biaya akhirnya putus,” papar Romlah.
Sementara orangtua TM bekerja sebagai penjual sayur, menikah secara siri dan suaminya diketahui dalam kondisi depresi.
“Karena keluarga belum bisa mengasuh anak dari TM ini, maka sementara dirawat di bidan. Kami juga akan berkomunikasi dengan perangkat desa soal masa depan bayi ini, apakah diasuh negara atau gimana. Tapi pengasuhan paling baik itu ya tetap di keluarga,” tegasnya.
Romlah menegaskan telah berkoordinasi dengan kepolisian juga untuk mencari pria yang bertanggung jawab atas kelahiran anak TM.
“Sementara untuk adiknya, akan mendapat pendampingan dari Baznas untuk melanjutkan pendidikan. TM nanti juga akan dikonsultasi dengan psikiater,” ujarnya.
Sumber: kompas.com